Skip to content

AL-QURAN SEBAGAI HIDAYAH YANG MENGANDUNG BERKAH

Oleh Dr. Rachmat Soji,  Lc., M.A.

   1.Al-Quran sebagai sumber Hidayah

Al-Quran sebagai Hidayah, petunjuk hidup dari Allah, tidak mungkin manusia bisa hidup dengan tentram dan bahagia tanpa mengikuti ajaran yang dibawa oleh Al-Quran dan dijelaskan oleh Hadis oleh para ulama.

Al-Quran berfungsi sebagai hidayah, karena manusia adalah prodak ciptaan Allah, dan Allah menyiapkan buku petunjuk hidupnya; yaitu Al-Quran, sehingga Al-Quran-lah yang telah mengantarkan umat generasi pertama, ia juga yang akan mengantarkan umat yang terakhir pada puncak kejayaan.

Diantara dalil yang berkaitan dengan ini adalah QS: Al-Baqarah: 2, 129,  Ali Imran: 79, Al-Isro: 9. dan banyak lagi ayat lain yang menegaskan bahwa Alquran satu-satunya jalan hidup.

Karena Al-Quran sebagai buku pegangan untuk hidup, maka sebuah keniscayaan haru difahami dengan baik. Maka, akhirnya umat Islam secara umum (fardhu Kifayah) wajib bisa memahami Al-Quran. Dan jika tidak ada seorangpun yang faham Al-Quran, maka semuanya berdosa. Maka dari sini dari setiap daerah harus ada yang mengkhususkan diri –dengan dukungan semua pihak– mengkaji AL-Quran degan perangkat ilmu alat-alatnya, seperti ilmu bahasa Arab, ilmu Hadis, Ushul fikih, fikih, Tafsir danlain-lain.

Tentang fungsi ini, Rasulullah bersabda:

 «تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا: كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ (مالك، الموطأ)

“Aku tinggalkan padakalian dua perkara –kalian tidak akan tersesat, selama berpegang teguh dengan keduanya-; kitab Allah dan sunnah nabi-Nya.”. (Malik).

Dalam menafsirkan QS: Al-Baqarah: 121, Abdullah bin Mas’ud berkata: “Demi Allah, sesungguhnya membaca Al-Quran dengan benar itu adalah menghalalkan apa yang dihalalkannya, dan mengharamkan apa yang diharamkannya, membaca sesuai yang Allah turunkan, tidak merubahubah isinya, dan tidak memaknai bukan makana aslinya.” (Tafsir Ibnu Katsir)

Memahami Al-Quran secara serampangan akan menimpulkan penyimpangan dan kesesatan yang fatal. Inilah terjadi pada kaum Khowarij/Ekstrimis sepanjang masa, kaum yang mudah mengkafirkan dan memerangi pihak lain dengan senjata dan kekerasan, karena kesalahan memahami AL-Quran. Tentang hal ini Rasulullah, SAW., bersabda:

إِنَّ مِنْ ضِئْضِئِ هَذَا، أَوْ: فِي عَقِبِ هَذَا قَوْمًا يَقْرَءُونَ القُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ، يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ مُرُوقَ السَّهْمِ مِنَ الرَّمِيَّةِ، يَقْتُلُونَ أَهْلَ الإِسْلاَمِ وَيَدَعُونَ أَهْلَ الأَوْثَانِ، لَئِنْ أَنَا أَدْرَكْتُهُمْ لَأَقْتُلَنَّهُمْ قَتْلَ عَادٍ ” (البخاري)

“Setelah orang ini akan ada orang-orang yang membaca AL-Quran, tapi tidak lewat dari tenggorokannya, mereka  melesat keluar dari agama, seperti melesatnya anak panah dari bussurnya. Mereka memerangi ahli Islam dan membiarkan ahli berhala. Seandainya aku menemui mereka, pasti aku peragni seperti memerangi kaum ‘Ad.” (Bukhari)

 Secara ringkas bagaimana memahami Al-Quran dengan baik? Dengan memnggunakan pendekatan bahasa Arab dan mengikuti pemahaman Salafussholeh dan para ulama dari masa-kemasa, memadukan satu ayat dengan ayat lain, ayat dengan hadis dan membaca kitab-kitab tafsir para ulama terpecaya.

    2.Al-Quran Mengandung Berkah

Bahwa Alquran adalah sumber “keberkahan”, Alquran bukan hanya harus difahami, karena ia selain petunjuk. Ia juga adalah kitab penuh berkah dan khasiat. Khasiat ini mencakup segala kebutuhan manusia, seperti ketenangan batin, kesembuhan fisik, keamanan dan lain sebagainya.

Sedangakan dalil yang menunjukan Alquran mengandung keberkahan, baik lahir maupun batin diantaranya adalah: AL-An’am: 155, Al-Anbiya: 150, Shad: 29.

Sedangkan hadis-hadis yang mejelaskan hal ini sangatlah banyak, dan agar lebih sempurna dan lengkap, saya nukilkan sebagian yang ada dalam kitab Al-Itqon, karya imam As-Suyuthi, rh. Beliau meng-istilahkan dengan istilah Khasiat Al-Quran (Khowashil Quran).

“عليكم بالشفائين الْعَسَلِ وَالْقُرْآنِ” (إبن ماجه)

“Peganglah dua obat kesmebuhan; Madu dan Al-Quran”

“خَيْرُ الدَّوَاءِ الْقُرْآنُ” (إبن ماجه)

“Sebaik-baik obat adalah Al-Quran”

عَنْ وَاثِلَةَ بْنِ الْأَسْقَعِ أَنَّ رَجُلًا شَكَا إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَجَعَ حَلْقِهِ قَالَ: “عَلَيْكَ بِقِرَاءَةِ الْقُرْآنِ” (البيهقي)

“Seseorang datang ke Nabi mengadukan sakit tenggorokan. Nabi bersabda: Hendaklah kamu baca Al-Quran”.

“فِي فَاتِحَةِ الْكِتَابِ شِفَاءٌ مِنْ كُلِّ دَاءٍ” (البيهقي)

“Dalam Al-Fatihah terdapat kesembuhan dari segala penyakit”

“كُنَّا فِي مَسِيرٍ لَنَا فَنَزَلْنَا فَجَاءَتْ جَارِيَةٌ فَقَالَتْ إِنَّ سَيِّدَ الْحَيِّ سَلِيمٌ فَهَلْ مَعَكُمْ رَاقٍ؟ فَقَامَ مَعَهَا رَجُلٌ فَرَقَاهُ بِأُمِّ الْقُرْآنِ فَبَرِئَ فَذُكِرَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: “وَمَا كَانَ يُدْرِيهِ أَنَّهَا رُقْيَةٌ” (البخاري)

“Suatu ketika kami dalam perjalanan, tiba-tiba datanglah seorang wanita sambil berkata: kepala kampung kami sakit, adakah yang bisa menjampi? Seorang laki-laki berdiri dan menjampinya dengan membaca Al-Fatihah. Kemudian diceritakan kepada bagida Nabi. Beliau bersabda: Darimana dia tahu kalau itu adalah jampi?”

وَأَخْرَجَ مُسْلِمٌ مِنْ حَدِيثِ أَبِي هُرَيْرَةَ: “إِنَّ الْبَيْتَ الَّذِي تُقْرَأُ فِيهِ الْبَقَرَةُ لَا يَدْخُلُهُ الشَّيْطَانُ”(مسلم)

“Sesungguhnya rumah yang selalu dibacakan Al-Fatihah tidak akan dimasuki oleh setan”.

أَنَّ الْجِنِّيَّ قَالَ لَهُ: إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِيِّ فَإِنَّكَ لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ حَافِظٌ وَلَا يَقْرَبُكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ” “أَمَا إِنَّهُ صَدَقَكَ وَهُوَ كَذُوبٌ”.

“Sesungguhnya Jin berkata kepadanya: Kalau kamu mau tidur, bacakanlah Ayat Kursi, karena akan terus menjadi pelindung dari Allah dan tidak akan didekati oleh setan sampai subuh. Nabi bersabda: Sungguh dia jujur, padahal bisanya pendusta”.

 

عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ قَالَ: قَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ عَلِّمْنِي شَيْئًا يَنْفَعُنِي اللَّهُ بِهِ قَالَ: “اقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِيِّ فَإِنَّهُ يحفظك وذريتك وحفظ دَارَكَ حَتَّى الدُّوَيْرَاتِ حَوْلَ دَارِكَ” (البخاري)

“Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah, ia berkata: Ya Rasulallah, ajari aku sesuatu yang bermanfaat untuk ku? Nabi bersabda: bacalah ayat Kursi, karena ia akan menjagamu, anak-anakmu, rumahmu, bahkan rumah-rumah sekelilingmu”.

 

وَأَخْرَجَ الطَّبَرَانِيُّ عَنْ مُعَاذٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَهُ: “أَلَا أُعَلِّمُكَ دُعَاءً تَدْعُو بِهِ لَوْ كَانَ عَلَيْكَ مِنَ الدَّيْنِ مِثْلَ صَبْرٍ أَدَّاهُ اللَّهُ عَنْكَ: {قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ} إِلَى قَوْلِهِ: {بِغَيْرِ حِسَابٍ} رحمان الدنيا والآخرة ورحيمهما تُعْطِي مَنْ تَشَاءُ مِنْهُمَا وَتَمْنَعُ مَنْ تَشَاءُ ارْحَمْنِي رَحْمَةً تُغْنِينِي بِهَا عَنْ رَحْمَةِ مَنْ سِوَاكَ. (الطبراني)

Siapa yang membaca ayat diatas (Ali Imran ayat 27), lalu membaca doanya, maka hutangnya akan lunas.

وَأَخْرَجَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ عَنْ لَيْثٍ قَالَ: “بَلَغَنِي أَنَّ هَؤُلَاءِ الْآيَاتِ شِفَاءٌ مِنَ السِّحْرِ يُقْرَأْنَ في إِنَاءٍ فِيهِ مَاءٌ ثُمَّ يُصَبُّ عَلَى رَأْسِ الْمَسْحُورِ: الْآيَةُ الَّتِي فِي سُورَةِ يُونُسَ: {فَلَمَّا أَلْقَوْا قَالَ مُوسَى مَا جِئْتُمْ بِهِ السِّحْرُ} إلى قوله: {الْمُجْرِمُونَ} وَقَوْلُهُ: {فَوَقَعَ الْحَقُّ وَبَطَلَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ} إِلَى آخِرِ أَرْبَعِ آيَاتٍ وَقَوْلُهُ: {إِنَّمَا صَنَعُوا كَيْدُ سَاحِرٍ} الْآيَةَ. (إبن أبي حاتم)

Ayat-ayat diatas obat santet

“مَنْ جَعَلَ يس أَمَامَ حَاجَةٍ قُضِيَتْ لَهُ”  (المحاملي والدارمي)

“Siapa yang membacakan Yasin untuk sebuah kebutuhan, maka akan dikabulkan”

“مَنْ قَرَأَ كُلَّ لَيْلَةٍ سُورَةَ الْوَاقِعَةِ لَمْ تُصِبْهُ فَاقَةٌ أَبَدًا”(البيهقي)

“Siapa yang membacakan surat al-Waqiah setiap malam, maka tidak akan terkena kefakiran”

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَعَوَّذُ مِنَ الْجَانِّ وَعَيْنِ الْإِنْسَانِ؛ حَتَّى نَزَلَتِ المعوذتان، فأخذها وَتَرَكَ مَا سِوَاهَا (الترمذي)

“Nabi sellau menjampi dari gangguan jin dan ‘Ain, sampai turun Surat al-Falaq dan Surat an-Nas, kemudian beliau meninggalkan semua jampi”.

                   :مَسْأَلَةٌ

قَالَ النَّوَوِيُّ فِي شَرْحِ الْمُهَذَّبِ: لَوْ كَتَبَ الْقُرْآنَ فِي إِنَاءٍ ثُمَّ غسله وَسَقَاهُ الْمَرِيضَ فَقَالَ الْحَسَنُ الْبَصْرِيُّ وَمُجَاهِدٌ وَأَبُو قِلَابَةَ وَالْأَوْزَاعِيُّ: لَا بَأْسَ بِهِ وَكَرِهَهُ النَّخَعِيُّ قَالَ وَمُقْتَضَى مَذْهَبِنَا أَنَّهُ لَا بَأْسَ بِهِ فَقَدْ قَالَ الْقَاضِي حُسَيْنٌ وَالْبَغَوِيُّ وَغَيْرُهُمَا: لَوْ كتب عَلَى حَلْوَى وَطَعَامٍ فَلَا بَأْسَ بِأَكْلِهِ انْتَهَى.

قال الزركشي: ممن صَرَّحَ بِالْجَوَازِ فِي مَسْأَلَةِ الْإِنَاءِ الْعِمَادُ النَّيْهِيُّ مَعَ تَصْرِيحِهِ بِأَنَّهُ لَا يَجُوزُ ابْتِلَاعُ وَرَقَةٍ فِيهَا آيَةٌ، لَكِنْ أَفْتَى ابْنُ عَبْدِ السَّلَامِ بِالْمَنْعِ مِنَ الشُّرْبِ أَيْضًا، لأنه تلاقيه نَجَاسَةَ الْبَاطِنِ وَفِيهِ نَظَرٌ.

Catatan:

Mengambil keberkahan Alquran terbagi menjadi dua bagian;

Pertama, yang disepakati oleh seluruh para ulama, yaitu yang diatas tadi

Kedua, yang diikhtilafkan, yaitu dengan cara menjadikannnya tulisan dibawa atau tulisan diminum.

 

والله أعلم

This Post Has 0 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top
WhatsApp WhatsApp us